Kesederhanaan Mendamaikan

Hidup di jaman era digital, terkadang menguras pemikiran. Segala bidang berubah, kondisi kehidupan terasa lebih cepat bergulir. Jika bercerita tentang budaya konsumtif pasti tidak lepas dari gaya hidup. Terkadang merenung lagi karena saya adalah seorang ibu dari dua orang anak yang harus mampu membawa langkah anak-anak agar tidak terbawa arus masa kini, dan harus cerdas juga membawa pemikiran mereka untuk bisa mengolah lebih bijaksana segala kondisi. Bukan pelit, tapi perlahan mengajarkan mereka untuk membeli yang benar-benar dibutuhkan bukan mengikuti sekedar keinginan.

Terlebih saya seorang istri yang benar-benar harus mampu mandiri dan harus mampu belajar cukup dengan finansial yang minim tetapi jadi bersyukur karena akhirnya langkah ini terbiasa untuk menerima dengan apa yang dimiliki. 

Suatu hari saya ajak si sulung berdiskusi ringan tentang kondisi budaya konsumtif yang kian merajalela.

"Kak, apa sih yang kakak pahami tentang budaya konsumtif?" Saya bertanya sama anak gadis yang berusia 13 tahun ini.

"Itu lho ummi, kesukaan berbelanja yang berlebihan dan tidak benar-benar penting hanya karena sekedar suka. Apalagi sekarang godaan banyak lho dari media sosial banyak olshop bertebaran di mana-mana. Tidak perlu jalan dan berbelanja ke luar rumah. Di gadget promonya lebih menggiurkan. Yang tadinya tidak berniat membeli jadi ingin membeli." Mengalir sekali si gadis menjelaskan.

"Wajar tidak seperti itu kak?" Tanya saya, sedikit menstimulus pemikirannya.

"Kalau cuma satu kali mungkin wajar, tetapi sepertinya tidak akan cukup cuma satu kali, kita akan susah memberi rem. Ummi ingat nggak? Kita pernah jalan, waktu itu padahal tanggal yang belum waktunya karyawan gajian tetapi toko berjubel dan ternyata sebagian dari mereka supaya bisa belanja itu, uangmya dapat pinjam dari rentenir atau koperasi-koperasi yang door to door lho ummi." Percaya diri sekali rupanya gadis ini menjelaskan.

"Naah, kakak tahu dari mana kalau uangnya dari rentenir?" Saya benar-benar penasaran hasil observasi si gadis.

"Ada beberapa teman kakak suka curhat koq ummi." Dia tersenyum meyakinkan.

"Lantas upaya kakak untuk membentengi diri dari budaya konsumtif bagaimana? Godaannya kan banyak kak." Pancing saya.

"Alhamdulillah, sedari kakak kecil, ummi sudah terbiasa mengajarkan hidup sederhana. Kebiasaan itu yang menular pada kakak. Nasehat kadang sulit mungkin untuk didengarkan tetapi suri tauladan itu pasti akan ditiru." Lagi-lagi di gadis tersenyum sambil merapikan kerajinan craft yang dia cipta.

Saya termenung, diam-diam bersyukur diberikan banyak keterbatasan sehingga tak terbawa arus budaya konsumtif.


"Kita selalu belajar membeli sesuatu yang kita benar-benar butuhkan. Jika tak butuh meskipun suka, jangan asal beli karena lama-lama akan kecanduan. Banyak-banyak bersyukur ya ummi."

Ini hanya diskusi ringan antara saya dan si gadis yang masih belia. Hanya berharap dia bisa konsisten dengan ucapan hari ini. Pada akhirnya, saya punya doa agar konsistensinya itu bertambah kuat.

Saya persembahkan catatan ini untuk 1minggu1cerita.


Komentar

  1. "Nasehat kadang sulit mungkin untuk didengarkan tetapi suri tauladan itu pasti akan ditiru" aku setuju sekali sama kakak :)

    BalasHapus
  2. Eh di Lazada lagi banyak diskon lho :D

    BalasHapus
  3. Tapi kan
    Tapi kan...
    Belanja di sebelah suka dapet kupon. Terus kuponnya dituker Payung atau Tas

    BalasHapus

Posting Komentar