Resume Diskusi

πŸ“š *RESUME*_*SHARING* *HS* πŸ“πŸ“š
*1* *Jam* *Bersama* *Teh* *Rizka* *Ummu* *Agnia* *Ibrahim*

Nara Sumber : Rizka ummu Agnia Ibrahim
Host : Vina Marati
Notulen : Himmah Fikriyani

πŸ’πŸŒ»πŸ’›πŸ’œπŸ’•πŸ’“πŸ’—πŸŒ»πŸ’

Host :

Assalamualaikum tetehku...ahlan di wag HSKM Banten. Selama satu jam kedepan kita akan chit chat bersama tamu kita dari jauh sukabumi, silahkan bagi yang ingin bertanya langsung chit chat di sini.


Prolog :

*Assalaamu'alaykum.* *Wr.* *Wb*
Parent Hser yang dimulyakan Allah.. Perkenalkan nama saya Riskana Deniawati dan cukup dipanggil Rizka saja, saya berusia 36 tahun dan memiliki 2 orang anak. Yang pertama Agnia berusia 13 tahun dan Ibrahim 6 tahun. Saya berdomisili di Cibadak-Sukabumi.

Sebenarnya belum cukup berani untuk berbagi banyak tentang perjalanan homeschool kami. Tetapi mungkin tidak ada salahnya, barangkali memang ada parent yang satu pemikiran dan satu langkah dengan cara saya. Saya adalah seorang ibu yang hanya lulusan D1 akuntansi, itupun lulusan yang sudah lama sekali, sekitar 17 tahun yang lalu. Jadi ketika keputusan HS tunggal ini saya ambil, reaksi dari keluarga dan lingkungan jelas sangat kontra dan penuh cibiran. Latar belakang saya bukan seorang sarjana, keberanian yang cukup nekad, tanpa perhitungan dan berpotensi gagal, itu menurut pandangan mereka. Dan ujian yang termanis ternyata sang  suami tercintapun tidak memberi dukungan sama sekali.

Mengapa saya memilih homeschool untuk kedua anak saya? Saya sadari kedua anak saya tidak cocok belajar di kelas, meski untuk Agnia pernah selama 6 tahun sekolah SD formal dan berprestasi, dia selalu berada di peringkat pertama. Tapi tidak melahirkan rasa nyaman dalam belajarnya. Begitupun Ibrahim, tidak berminat sama sekali untuk belajar di sekolah ketika hampir 3 tahun dia terbiasa melihat saya pernah mengajar di TK dan menjadi guru les. Dan kami bertiga survive tanpa dukungan dari siapapun.

Homeschool kami bukan school at home, tetapi unschooling sehingga tidak ada beban untuk saya mengajarkan sesuatu yang tidak bisa saya ajarkan dan tidak disukai anak. Saya bebaskan mereka belajar dengan passionnya masing-masing meski tetap ada aturan dan tetap harus disiplin. Jalan yang saya pilih terlihat keras karena tanpa dukungan dan teramat sederhana ketika melihat yang kami pelajari total tentang ilmu kehidupan.

Kurikulum yang saya pilih adalah kurikulum yang saya cipta sendiri yang saya yakin akan bisa memberikan yang terbaik untuk kedua buah hati saya. Pelajaran utama kami adalah pemahaman aqidah yang meliputi kepribadian islam, dan saya harus bekerja keras untuk menempa ini, kepribadian islam hanya akan terwujud ketika mereka memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami, sains kami ambil dari yang sederhana yang bisa kami langsung amati dari lingkungan secara langsung dengan buku panduan, dan yang terpenting harus ada keterikatan dengan Sang Pencipta, pelajaran bahasa saya  konsentrasikan untuk bahasa Arab dan English. Pelan-pelan yang bisa saya ajarkan dan selebihnya mengambil jadwal les di guru bidang studi untuk bahasa arab.

Bagaimana dengan bersosial? Alhamdulillah kemampuan bersosial keduanya cukup baik, mereka bisa menguasai tantangan berkomunikasi semisal berbicara dengan kepala regu damkar ketika saya mengajak belajar di luar rumah.

Bagaimana dengan ijazah? Naaah ini, saya adalah ibu yang paling simple dalam menghadapi hal ini. Target saya bukan ijazah, jikapun memang diperlukan, bisa dipersiapkan beberapa bulan sebelumnya dan mendaptar ke PKBM setempat untuk mengikuti ujian.

Pelajaran yang difokuskan untuk Agnia adalah kepribadian islami dan berbagai keterampilan di rumah dari mulai terjadwal memasak, menjahit, menghafal Al-Qur'an (inipun disesuaikan dengan kemampuannya,  yang terpenting adalah mengamalkan). Rutin menulis karena cita-citanya selain menjadi ibu rumah tangga, dia bercita-cita menjadi penulis dan bicara tentang menulis bukan sekedar bicara tentang bakat tetapi konsistensi yang terlahir dari kebiasaan yang kuat.

Ibrahim masih melulu tentang bermain, dia bercita-cita menjadi arsitek dan dia sudah berkawan sekitar 3 tahun dengan permainan edukasi lego. Salah satu sarana yang menunjang imajinasi dia untuk eksplor tentang karya yang ingin dia cipta.

Homeschool kami cukup simple karena saya memang simple bahkan berbeda dari pegiat-pegiat HS lainnya yang berlomba menyamakan kompetensi akademis. Bagi saya tidak, saya selalu yakin dengan bismillah serta tekad kuat kedua anak saya bisa mengembangkan diri dengan baik.

Parent yang dimulyakan Allah, pada akhirnya suami memberi dukungan penuh karena daya upaya saya dikehendaki Allah, perubahan di diri Agnia pun pesat. Dia bisa menuliskan satu quote yang membuatnya berbinar bahwa belajar tidak harus tersekat dinding kelas, belajar harus merdeka. Keluarga dan lingkungan perlahan mengakui bahwa saya punya karya yang tetap berharga.

Inilah catatan sederhana saya. Untuk bisa bermanfaat tak perlu menunggu hebat karena proses selalu membuat kita akrab dengan upaya maksimal. Ini sudut pandang saya sebagai ibu yang tidak pernah mengenyam panjang dan indahnya bangku kuliah, saya yakin parent yang dimulyakan Allah yang memiliki kecukupan dalam ilmu akademis bisa melompat lebih tinggi tentang memberi dan membersamai para buah hati.

πŸ“πŸ“šπŸ–πŸ–ŠπŸ–‹✒✏πŸ“ƒ
πŸ™‡πŸ»‍♀ Sesi Tanya Jawab πŸ™‡πŸ»‍♀


πŸ™‹Pertanyaan ke-1
value atau nilai2 yang teteh kedepankan dalam mendidik kedua buah hati?

Teh Rizka menjawab:
Nilai-nilai yang memancar dari pemahaman aqidah, nilai-nilai karakter yang islami tentunya. Sehingga kemanapun mereka pergi, jikapun ada salah langkah, jikapun ada kurang berbenah. Mereka harus tahu hakikat hidup ini, dari mana ,bagaimana dan akan kemana..

Tanggapan :
Tdk terikat dengan kurikulum diknas kah? untuk pel umum? ada penilaian tersendiri? ujian dll?
Jadi tidak ada target kurikulum diknas? waw^^ terus nanti ujian persamaanya bagaikmana? bagaikmana? tdk takutkah?

Teh Rizka menjawab:
Saya tidak memindahkan sekolah ke rumah tapi anak-anak bebas belajar apa yang mereka butuhkan dan mereka sukai. Sehingga jelas HS kami tidak terikat diknas..😊.  
Target tentu ada yaitu menjadikan mereka sholeh dan sholehah. Dan yang terpenting mereka bisa berkarya untuk kebermanfaatan hidup dalam lingkungan sosialnya kelak.
πŸ’✅

πŸ™‹Pertanyaan ke-2:

Ciri-ciri anak tidak nyaman dengan sekolah formal itu seperti apa, teh?
Putri saya sekarang TK A usia 6 tahun maret kmren. Dia sering males sekolah dengan alasan berisik. Apakah itu bisa disebut tidak nyaman dengan sekolah?

Teh Rizka menjawab:
 Agnia cenderung pendiam.. Sepulang sekolah selalu menangis dan tertekan. Kurus badannya. Hilang keceriaan. Selain merasa tertekan dia pun tidak cukup kuat dengan bullying..
Ibrahim beda lagi. Aku tidak suka sekolah. Tapi aku suka belajar..😁😁
πŸ’–✅

πŸ™‹Pertanyaan ke-3 :

Sebagai guru tunggal, bagaimana teteh melakukan manajemen waktu untuk HS?

Teh Rizka Menjawab:
Ya ini tantangan terbesar saya juga tetapi sejauh ini bisa terlewati. Saya keras memahamkan kepada diri fokus dengan tujuan. Padahal bukan satu yang mesti saya atur. Awal keteteran tapi akhirnya bisa terlewati. Kuncinya konsisten dengan jadwal yang telah kita sepakati. Jadwal ini kunci utama..

Tanggapan:
Ini yang paling saya takutkan, takut keteteran sendiri. Karena blm ada dukungan dr suami, jadi maju mundur cantik 😁

Teh Rizka menjawab:
Ahaaaai...ini tantangan sebenarnya. Mundur, maju 2 x lipat. Jatuh, bangkit lebih tinggi.. Meski kenyataan tidak sesimple ini..Ya semua pilihan ada konsekuensi..😁😁
πŸ’—✅

πŸ™‹Pertanyaan ke -4

Teh Rizka,  sudah adakah rencana untuk anak di jenjang lanjutannya, untuk kuliah misalnya?
Maaf, mungkin agak jauh πŸ™

Teh Rizka menjawab:
Ada karena Agnia pun menyukai bidang IT dan Ibrahim sudah mulai terlihat suka dengan arsitektur.
Jika sudah terlihat bakat mereka di bidang apa. Gampang kan mengarahkannya, nanti mau kuliah kemana..

Tanggapan:
Ada hal yang menjadi kegalauan besar biasanya teh… jika ingin masuk kuliah harus memiliki ijazah, sedangkan ijazah ada melalui diknas dan secara otomatis kita tetap dituntut untuk bisa menjawab soal ujian yng materinya jg dr diknas.
Solusinya saya sudah ketemu tapi..

Teh Rizka menjawab:
Ini bisa dipersiapkan beberapa bulan sebelum ujian. Ujian kan bisa ikut paket ABC ya..
Ini bisa jadi tantangan sebenarnya. Tetapi bisa juga menjadi hambatan niat kita untuk ber HS. Saya sudah melewati fase galau karena ijazah. Sejak bertemu dengan pegiat-pegiat HS. Sekarang saya fokus saja membersamai keduanya, belajar bersama, mengarahkan, memfasilitasi. Sempat terpuruk sedih karena sadar kemampuan diri yang terbatas. Tapi bangkit lagi karena saya sadar setiap pribadi dan keluarga itu unik.
πŸ’ž✅

πŸ™‹Pertanyaan ke -5

Klo HS bagaimana dng sosialisasi mereka dng tmn2nya?

Teh Rizka menjawab:
Ini juga kembali kepada keberanian orang tua. Saya sering bawa mereka ke tempat2 umum untuk wawancara dan belajar di tempat tersebut, misal mengunjungi damkar dll. Untuk teman sebaya sesekali saya undang teman2nya untuk belajar bersama.

Tanggapan:
Berarti lingkup pertemanan anak qt hny sebatas tmn rumah nya saja kah bu?
Trus bgm dengan tingkat kepercayaan diri mereka di dpn umum bu?

Teh Rizk menjawab:
Kemampuan ini tergantung stimulus yang kita berikan. Seminggu sekali saya bawa mereka ke tempat2 umum. Saya berikan tugas untuk wawancara dengan bahasa yang mereka bisa. Sejauh ini keduanya tetap percaya diri. Tantangan saya di Sukabumi adalah minimnya teman dalam komunitas..
πŸ’–✅


πŸ™‹Pertanyaan ke -6:

Untuk membuat perencanaan jadwal belajar harian, jenis aktifitasnya kita yang tentukan sesuai minat anak, atau anak yang tentukan?

Teh Rizka menjawab:
Saya yang menawarkan. Mereka menimbang, lalu kita sepakati..
πŸ’™✅


πŸ™‹Pertanyaan ke -7:

Klo misalkan org tua bekerja, apa bs dilakukan HS? Krna dri pagi hingga sore org tua tdk mendampingi..

Teh Rizka menjawab :
Guru dan pendamping belajar yang seharusnya memang orang tua. Harus ada yang dilepaskan atau berbagi tugas dengan suami.

Tanggapan:
Selama menerapkan HS, masih bisa melakukan hobi atau tidak?
Teh Rizka menjawab:
Sangat bisa. Bahkan hobi jadi penunjang belajar mereka.
❤✅


πŸ™‹Pertanyaan ke -8

Waktu berniat melaksanakan HS, bagaimana mengutarakannya ke suami teh? Bagaimana respon suami?

Teh Rizka menjawab:
Saya sudah sedikit tulis di blog saya tadi ya di atas.. Pokoknya sediiih yang teramat sedih si akang menolak dan marah..😁😁

Tanggapan:
Tapi tetap dilakukan? Ga takut?
Saya penasaran akan satu hal bu rizka, saat pertama memulai HS tanpa dukungan suami (Dan suami sempat marah) apa motivasi utama Ibu? Apakah ada dampak di kehidupan pribadi saat itu? Pasti sangat menguras emosi ya..
Berarti jalan aja teh? Kalau soal pembiayaan gimana teh? Kan akangnya menolak 😬
teh..minta tips untuk tetap konsisten,disiplin dan semangat menjalankan HS. Mau intip tempaan keras teteh ke diri pribadi teteh. Karena semangat terkadang naik turun..hanupis..😘

Teh Rizka menjawab:
Tidak, meski sedih karena semua yang dilakukan selalu salah.. Agnia bilang kalau hati tak luka takkan ada kekuatan yang bicara..😁. 😁😁 hidup jangan dibuat susah katanya..
Sesuatu rasanya... Sedih jangan dikira. Bayangkan seperti nonton drama korea..😁😁 tapi saya punya Allah, Allah yang menjaga dan menemani..
Akang sekarang sudah jatuh cinta sama HS. Yang penting lawan dan buktikan dengan karya. Hati akang yang keras bisa melunak dan menggenggam utuh.. Full HS..😁
πŸ’✅
_Quote_ _dari_ _Host_ : *Ada* *pepatah* *bilang* *jangan* *menunggu* *bukti* *tapi* *jadilah* *bukti!*

πŸ“πŸ“šπŸ’•Penutup dari Teh Rizka:

Dengan berat hati saya harus pergi. Parent... Saya emak yang tidak kuliah dan terbatas di bidang akademis.. Tapi saya selalu punya luasnya hati dan tekad untuk selalu belajar dan memberi yang terbaik. Tidak perlu menuntut anak kita harus sehebat anak orang lain. Tapi lahirkanlah potensi dan kehebatan2 mereka yang telah Allah anugerahkan  lewat tangan kita.  Dengan begitu kita akan terus fokus dan akan mampu memberi yang terbaik. Jangan takut untuk sedikit bermimpi, ungkapkan dalam doa dan tekad yang tulus tak ada yang mustahil jika Allah berkehendak. Peluk sayang untuk semua. Mohon maaf jika ada kekurangan.. Wassalamu'alaykum. Wr. Wb

Host 🎀🎀:
Terima kasih teh atas kesediannya berbagi disini... kami semua mohon maaf apabila kurang dalam penyambutan. Insyaa Allah ini bermanfaat bagi kami semua di sini.

Komentar