Bermain Adalah Belajar


Hari ini adalah hari libur saya dan Agnia mengajar murid les. Alhamdulillah saya bersyukur bisa terus mengurangi jadwal les. Setelah off jadwal home visit, saya juga membatasi jadwal murid les hanya sampai hari kamis. Bagi saya saat ini waktu terbaik yang harus saya maksimalkan untuk bisa sepenuhnya bersama kedua buah hati saya, sebelum waktu perpisahan kami tiba, dan menjadi waktu yang sesungguhnya buat mereka menerapkan ilmu yang telah dipelajari saat ini bersama-sama untuk mereka kembangkan di kehidupan mereka nanti agar menjadi bekal terbaik untuk kehidupan masa depan dunia dan akhirat. Tak berhenti saya pun persiapkan bahwa waktu itu pasti akan saya hadapi. Berpisah dengan Agnia dan Ibrahim, belahan dari jiwa ini, sahabat dan guru kehidupan.

Pagi ini saya ikuti keinginan anak-anak yang belum mau keluar rumah. Ingin tetap di rumah dan bongkar-bongkar lego. Entah apa sebabnya, saya sendiri suka sekali mainan ini. Hampir tiap minggu projek keluarga kami adalah menantang diri memasang lego ke bentuk semula dari lego yang campur aduk hasil karya Ibrahim.


Kami mulai dari jam 7 selesai mandi dan sarapan juga beres-beres. Materi hafalan saya sengaja putar di laptop berulang-ulang juz 30. Dan kemampuan menghafal mereka tidak sama. Ibrahim akan menghafal dari surah An-Naba sedangkan Agnia dari An-Naas. Tangan mereka fokus pada rangkaian lego dan mulut mereka mengikuti tiap surah yang berganti. Alhamdulillah, keduanya tidak suka game di gadget, alasannya karena tak siap saat harus kecanduan, terlebih di hp saya tidak ada sama sekali game sekalipun game edukasi. Tetapi mereka tetap bisa menyesuaikan diri ketika berkumpul dengan sepupunya tetap bisa bermain game yang ditawarkan dan hanya beberapa saat kembali fokus ke permainan manual.


Kemampuan merangkai Agnia dan Ibrahim sudah cukup keren kalau menurut saya karena sayapun tidak bisa mengimbangi mereka. Bagi saya daripada mengunduh aplikasi game, saya lebih siap mengajarkan mereka menabung dan membeli lego menurut saya tidak berlebihan jika mereka beli mainan terlebih untuk menunjang kecerdasan otak mereka. Terkesan begitu banyak mainan lego yang kami miliki, ya memang banyak karena saya sebagai ibu turut andil memeriksa semua mainan mereka, karena berharganya mainan yang kami beli dari mengumpulkan uang berarti tidak boleh ada yang hilang dengan sengaja.

Saya semakin hafal gaya belajar keduanya. Ibrahim memiliki kemampuan visual cukup baik, auditori juga cukup berperan karena hafalan dengan bergerakpun dia mampu, terlebih di kemampuan kinestetiknya, dia tidak pernah kehilangan cara meski kekurangan bahan praktek.


Agnia yang cenderung kalem memiliki kemampuan visual yang pesat, auditorinya berkembang dengan baik, kinestetiknyapun tidak minim. Dan saya coba memfasilitasi kemampuan mereka di gaya belajar yang dominan diantara keduanya. Saya bersyukur mereka tetap berbinar meski belajar dengan saya yang teramat sederhana untuk disebut ibu yang hebat, saya pun tidak memiliki kemampuan- kemampuan akademis yang tinggi tapi saya selalu punya penerimaan dan pengertian buat mereka, bahwa mereka adalah anugerah yang saya syukuri dalam sepanjang perjalanan hidup yang saya tempuh. Semoga Allah meridhoi..

#TantanganHari16
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Komentar