Membersamai Buah Hati


"Ketika anakmu berbuat salah tegur dan jangan pernah kamu mencatatnya, ketika anakmu berbuat baik puji dan segera catat." (Umar bin Khattab).

Tiada kebahagiaan yang melebihi ketika membersamai buah hati. Tiap detiknya berharga dan bermakna. Saya cukup rajin menuliskan cerita bersama anak dari mulai belajar komunikasi produktif, melatih kemandirian mereka dan melahirkan projek-projek keluarga meski dari hal yang paling sederhana sampai yang sedikit menantang. Dari sekedar cuci piring, setrika baju, membereskan rumah, menyiram tanaman sampai bareng-bareng menulis cerita untuk sayembara atau sekedar ikut serta menulis di buku antologi. Dan yang paling berkesan adalah melibatkan mereka dengan kegiatan mengajar murid les yang saya pegang. Bahkan Agnia, anak gadis saya yang hampir berusia 14 tahun sudah memiliki 2 orang murid tetap. Ibrahimpun tidak ketinggalan, dia memiliki tugas menemani murid les yang sedang rehat sejenak meski sekedar memberi tutorial memasang lego dan permainan lainnya.

Saya suka sekali mencatat kegiatan-kegiatan mereka tak peduli banyak di protes orang lain. Saya pikir selama saya tetap benar. Saya tetap lanjutkan menulis tentang anak-anak dengan gaya tulisan saya. Diawali dengan mengamati (observe), terlibat dalam aktivitas bersama anak (engange), melihat dan belajar mendengarkan suara anak setiap saat (watch and listen).

Saya memang bukan ibu yang berpendidikan tinggi, jadi wajar masih banyak cemooh yang harus saya lewati. Tapi saya pikir jika setiap proses tanpa tantangan takkan terlahir kekuatan yang menakjubkan. Bahkan sekarang lagi ramai-ramainya tentang sekolah payung untuk homeschooler. Entahlah saya tidak begitu tertarik dan yang paling menarik dalam hidup saya saat ini adalah memberi yang terbaik tentang ilmu kehidupan bagi mereka sehingga mereka mampu mempertanggungjawabkan kehidupannya bukan sekedar untuk dirinya tapi kepada Sang Pencipta yang meniupkan ruh dalam kehidupan.

Saya bebaskan mereka dalam ruang ekspresi dengan bakatnya masing-masing, saya menemani mereka tanpa jeda. Seperti kata pepatah seorang ibu dan anaknya ibarat sebuah gembok dengan kuncinya. Raise you child, raise yourself, bagi saya adalah kata kunci yang terus tergenggam. Membesarkan anak-anak tak cukup memberi nutrisi lahir tetapi perbekalan bathin pun harus seimbang agar mereka bertumbuh sesuai fitrah. Saya tak boleh lupa untuk terus meningkatkan kualitas diri sebagai seorang ibu dan guru. Tak lupa saya bertawakal dari setiap upaya agar setiap harapan saya tetap Allah kehendaki dan ridhoi.

Tetapi ada yang tidak boleh dilupakan, mendidik anak bukanlah perkara ringan. Butuh kesiapan prima dari diri kita. Selain inner child yang harus tuntas, kita pun penting untuk selalu melewati tahapan pembersihan jiwa. Seberapa perlu? Sangat perlu, sangat penting!  Ketika jiwa kita bersih dari setiap beban masa lalu, akan terlahir generasi-generasi terbaik yang tidak menyalahi fitrah kehidupan yang Allah anugerahkan.

Mengingat dan menyadari makna kehidupan, perbanyak mendekatkan diri, bermuhasabah dan bersungguh-sungguh bertaubat dari segala kesalahan. Evaluasi diri karena kelalaian kita akan berakibat fatal pada perkembangan buah hati. Belajar tak ragu meminta maaf kepada mereka. Berikan suri tauladan terbaik. 

Inilah sekelumit catatan saya, sebuah harapan membersamai buah hati yang sarat ujian. Untuk minggu ke 12 di 1 minggu 1 cerita.


Komentar

  1. Pengingat banget ini, selalu butuh tulisan2 spt ini. Makasih teh.

    Tatat

    BalasHapus
  2. Terima kasih teh Tatatsudah berkunjung. Ini hanya tulisan emak yang terkadang harus menguatkan diri diantara godaan-godaan kesabaran dalam membersamai buah hati..

    BalasHapus

Posting Komentar