Dibuang Sayang


Kami terbangun pagi sekali sekitar pukul 04.00. Kami bersiap mengangkut air dari depan rumah. Air adalah komponen penting sehingga ketika keberadaannya sulit didapatkan dari dalam rumah, saya harus sigap mengkondisikan agar tidak mengganggu kegiatan yang lain. Ini sebuah konsekuensi penting dari seorang ibu yang harus mampu tetap semangat mencari solusi agar anak-anakpun bisa mencontoh. Sebelum pukul 07.00, kami bertiga sudah selesai dengan kegiatan dapur dan beres-beres rumah serta sarapan tentunya sudah selesai juga membersihkan diri. Kami lanjutkan menggarap projek tetap mengajar les. 

Tepat pukul 11.00 semua kegiatan mengajar selesai. Lanjut memasak untuk makan siang. Tibalah waktunya menggarap projek yang semalam kami diskusikan yaitu memperbaiki pakaian yang masih layak kami pergunakan. Memotong baju yang terlalu panjang, menjahit mukena yang bolong-bolong dan memperbaiki baju Ibrahim. Agnia sebagai pimpro, saya dan Ibrahim yang membereskan lemari dan mencari pakaian yang akan diperbaiki.


Alhamdulillah, kegiatan kami padat sekali. Ini menjadi bagian yang saya syukuri semenjak saya bisa full kembali di rumah menemani kegiatan anak-anak bahkan suami memberi apresiasi yang membuat saya semangat. Suami mengatakan, rumah terlihat lebih rapi, ruangan-ruangan terlihat lebih bersih. dan anak-anak pun terlihat lebih ceria

Allah selalu memberi setiap yang dibutuhkan di waktu yang tepat. Saya bersyukur dan merasa memiliki kehidupan yang semakin berseri. Rasa sykur saya berlimpah saat melihat Agnia bisa mandiri dan mengerjakan keterampilan di rumah dengan menjiwai. Seperti halnya hari ini. Mukena dan gamis yang sekian lama dibiarkan sekarang bisa dipakai lagi.


#TantanganHari16
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Komentar