Yang Tersisa


Gadis 13 tahun itu berdiri di depanku dengan penuh harap. Sinyal itu kental kutangkap. Kupeluk tubuhnya yang sudah semakin meninggi melebihi tinggiku. Tiba-tiba dia memintaku menyanyikan lagu "Ayah ". Di sisa kuatku, di sela penatku. Kulihat sang adik sudah terlelap. Dia sandarkan kepalanya di bahuku, perlahan kunyanyikan lagu yang tak jera ia dengarkan meski kerap mengundang tangisnya seperti malam ini. Rasa yang dia punya seperti rasa yang pernah kupunya yang sama-sama begitu lekat mencari sosok sang ayah. Masa remajanya seperti masa remajaku. Meski pribadiku dan pribadi gadis ini sangatlah berbeda.

Terasa getir memang, tak ingin rasanya kuhadirkan duka dalam hidup gadis ini tetapi takdir berkata lain. Perpisahan orang tuaku, tak sengaja kuikuti sehingga memisahkan harapan cinta gadis ini dengan ayahnya dari usia 3 tahun. Kubisikkan kata maaf, jika aku menginginkan itu terjadi bukan karena aku tak mengerti arti sosok yang dia butuhkan tapi kita tak bisa hidup dengan 2 keyakinan (agama) yang berbeda. Kulepaskan ayahnya untuk kembali pada keyakinannya. Kuraih tangan gadis kecil ini melangkah pergi menemukan kekuatan hidup yang lain sampai tiba di titik malam ini. Sosok ayah yang lain memang telah ada,  10 tahun mewarnai kehidupan kami bahkan menghadirkan si ceriwis yang kini tengah terlelap.

Adakalanya harus kupahami. Jika hati gadis ini memiliki kerinduan, aku tak berhak menghentikkan tangisnya. Aku akan terlihat adil dengan memeluk dan memahaminya. Itu mungkin sangat cukup membuatnya nyaman. Tak perlu aku merasa bersalah meski kerapkali hatiku tetap merasa bersalah. Tetapi gadis ini berkata : " Temani saja ini hanya sebentar, tak perlu merasa bersalah karena bahagiaku bukan sekedar memiliki tawa tapi menangis bersamamu adalah hal terindah untuk hidupku. Tempatmu disini." Sambil menggenggam tanganku meraih dengan jelas tepat di dadanya.

Akhirnya Rinto harahap lah yang mengalun manis dengan lagu " Ayah " yang kami tonton di youtube, menemani kami, menemaniku menulis untuk satu minggu satu cerita, menemaninya yang tengah belajar menguatkan diri. Jika bahagia itu bukan dari hati, sesungguhnya luka takkan menguatkan. Baginya bahagia itu bukan tanpa luka tapi bagaimana meracik luka yang ada dan membalutinya menjadi sebuah tanda ketegaran. Air mata hari ini bukan bicara tentang penyesalan tapi sebatas naluri cinta yang terkadang datang meledak-ledak untuk membuat semua kondisi mereda seperti biasa. Menurutnya, " keyakinan " adalah hal yang sangat urgent, sehingga dia membenarkan langkahku yang memilih pergi, tangisnya malam ini bukan bicara tentang siapa yang salah atau siapa yang benar tapi tentang rasa yang tersisa bahkan mungkin akan tetap tersisa sampai nanti.

Dan yang tersisa di hati ini hanyalah rasa syukur, tak peduli seberapa banyak perjalanan tentang air mata. Karena sesungguhnya hidup yang berharga ada di prosesnya. Kuikhlaskan ada pelajaran luka untuk buah hatiku, pasti Allah tengah menempanya untuk menjadi bijaksana seperti yang Dia tempakan dalam hidupku. 

Tak kusadari, akhirnya gadis 13 tahun itu terlelap di sampingku. Kuhapus bekas air matanya yang tersisa di pipi. Kuyakini esok dia akan tersenyum ceria. Tak berhenti kubisikkan dalam tiap bait doa tentang kata maaf yang mungkin telah ratusan kali kuucapkan dalam rentang 10 tahun ini. Tetaplah bersamaku sampai esok tiba saatnya datang sosok lelaki sejati yang menjagamu. Tetaplah tegar bersamaku meski banyak rasa yang tak manis. Tetaplah bahagia bukan karena keluasan tetapi bahagialah karena aku yang serba terbatas ini selalu ada buatmu.

Untuk gadisku, sahabat terbaikku, guru kehidupanku, Agnia........



Komentar

  1. lagi2 aq terharu dan kagum..

    i proud of u teteh..😘😘..u r really inspiring!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang untuk belajar kuat perlu benar-benar mencintai rasa luka. Mungkin itu tujuan Allah menciptakan luka.. Terima kasih sdh brkunjung adikku sayang...😘😘

      Hapus
  2. Salam sangan untuk Agnia dari Bandung. Semoga Alloh memberkahi hidup kita semua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. Terima kasih bunda Eva. Peluk hangat dan sayang... 😘

      Hapus
  3. Ummi kaka terharu bacanya:')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belajarlah terus kuat... Meskipun belum bisa sehebat chef ahli, meskipun belum bisa menjadi penatang ruang yang handal, meskipun belum bisa menjadi penjahit piawai. Tapi belajarlah utk ahli menata hati..

      Hapus
  4. Speechless deh... Semoga makin matang dalam ketegaran...

    BalasHapus
  5. Teteeeeh, suka cara teteh merangkai kata 😍😍
    Barakalloh agnia, gadis solehah 😘, semoga nanti ien bisa punya anak wanita sesolehah agnia 😍😍

    BalasHapus
  6. Teteeeeh, suka cara teteh merangkai kata 😍😍
    Barakalloh agnia, gadis solehah 😘, semoga nanti ien bisa punya anak wanita sesolehah agnia 😍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah peluk syg buat Ien tercintah.. kita saling doakan ya..😍😘

      Hapus
  7. Agnia bijak sekali ya Teh 😊

    Tatat

    BalasHapus
  8. Teh Rizka... Kalian kok bisa selalu romantis? Sementara aku sama nisrin terlalu friendly... *tutup muka deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada bunda Chika.. 😃😃😃.. tutup muka juga ah

      Hapus

Posting Komentar