Memaknai Rasa Kehilangan



Kemarin adalah hari yang teramat menyedihkan buat keluarga saya dan keluarga ambu (ibu saya). Kemarin tepat pukul 10.10 wib ambu berpulang ke rahmatullah setelah 6 bulan melewati masa-masa tersulitnya diberikan ujian sakit pada lambung dan pembengkakkan jantung. Meskipun riwayat sakitnya telah ada dari sejak 18 tahun yang lalu.

Kami ( saya, suami, Agnia, Ibrahim dan keluarga adik saya serta supir) menempuh waktu sekitar 6 jam untuk sampai ke rumah ambu. Melewati medan jalan yang begitu berliku dan memacu adrenalin terlebih sang supir tidak tahu sama sekali rute yang harus ditempuh. Kami benar-benar merasa mengejar waktu karena kami pikir kasian jenazah jika harus menunggu kehadiran kami. Kami telah pasrah tidak bisa melihat wajah ambu untuk terakhir kalinya.  

Jalan yang cukup buruk dan berliku sampai pekatnya gelap selepas senja kami lewati dengan sepenuh doa keselamatan. Anak-anak tetap semangat dan tak lupa terus mengingatkan untuk berdzikir karena beberapa kali mobil yang kami tumpangi nyaris menabrak kucing.

Ba'da maghrib kami tiba dengan disambut isak tangis. Dan tubuh yang terbujur kaku serta wajah yang tenang itu tetap menunggu kami dengan pasrah. Selang beberapa menit, akhirnya ambu di makamkan di lahan belakang rumah kami. Malam berlalu dengan air mata dan doa. Sedihnya suami tidak bisa menemani lama karena harus menuntaskan kewajiban yang lain. Bahkan saya tak sekejappun menutup mata untuk istirahat.

Keesokan harinya Agnia dan Ibrahim terbangun untuk melaksanakan sholat shubuh. Mereka berbincang mengajak saya untuk membereskan rumah yang sedemikian berantakkan. Sekian bulan terabai tanpa sentuhan tangan almarhumah yang selalu trampil merapikan rumah. Saya jadi ingat tugas game level #3 tentang  projek keluarga. Sempat menciut semangat saya, saya pikir tak akan mampu mengerjakan tugas tepat waktu.


Agnia tersenyum menghibur saya bahwa dia bisa memotivasi tante-tantenya yang seusia dengannya untuk sigap merapikan rumah. Begitupun Ibrahim yang bersinergi dengan Jibriel dan Adriel sepupunya untuk mengambil bagian tugas yang bisa mereka kerjakan.

Agnia,Ayu dan Sabila merapikan karpet-karpet membersihkan dari sampah-sampah yang ada. Ibrahim, Adriel dan Jibriel merapikan bata-bata merah yang berserakan dan membantu abah membakar sampah-sampah.



Akhirnya pekerjaan selesai meski belum maksimal.Tapi saya menghargai upaya mereka dalam menghibur hati mereka masing-masing dalam memaknai rasa kehilangan ambu tercinta. Untuk tugas esok, mereka sudah merencanakan membongkar lemari baju almarhumah agar bisa secepatnya bisa diberikan kepada yang lebih berhak.

Selamat jalan ambu, namamu akan selalu hangat dalam doa-doa kami.

#TantanganHari1
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP









Komentar