Titip Rindu

Ketika aku menulis,
Tak banyak yang kuinginkan hanya sekedar menggali ruang luas untuk mengendapkan rasa dalam jiwa.
Kubiarkan kataku berkelana lewat jemari. Tak banyak  yang kuingin, Bukan penilaian sesaat,bukan reward yang melambungkan,bukan itu.
Bagiku sudah cukup ketika kataku mampu merubah kebencian menjadi pelukan kasih sayang.
Bagiku sudah cukup ketika tulisanku mampu merubah keputusasaan menjadi harapan.

Kini,kutemui ruang sepi dalam blog ku. Hanya senyap yang  tak banyak riuh. Biarlah tulisanku ada dalam ruangan ini. Aku tak perlu ruang ramai itu jika akhirnya ada yang merasa tersakiti. Aku sesekali menjumpai orang-orang yang memberi ruang rindu dengan jemariku di ruangan sepi blogku. Biarlah kukunjungi kalian lewat titipan salam dan setangkup doa terindah.

Apa kabar bunda-bunda hebat?sudahkah pagi ini memberikan pelukan hangat untuk orang-orang terkasih yang mampu melumerkan pagi yang dingin? Tetaplah semangat tak peduli ranumnya cinta yang belum berpihak pada kita. Hidup bukan sekedar bicara tentang rasa luka tetapi bicara tentang seberapa berhasil kita belajar bersyukur dari banyak luka yang tertoreh.

Apa kabar anandaku yang remaja?langkah muda itu tetap harus memberi pijakan yang utuh tak peduli seberapa berat kalian harus berjibaku dengan cepatnya waktu. Hidup di dunia ini hanyalah tentang bekal untuk pulang. Pulang menghadap Pemilik Keabadian.

Ketika aku menulis,
Aku sampaikan setiap kabar-kabar kecil namun tajam dari jiwa. Lewat ruang sepi blogku. Kukirimkan pelukan,bahwasanya kita harus mampu bertahan dari kegilaan sistem yang meruntuhkan peradaban. Kuatkan jiwa untuk terus berada dan mendukung barisan terbaik penjaga agama Allah. Bertanyalah pada diri warna apa yang ingin kita toreh dalam hidup? Sesungguhnya setiap problematika yang kita hadapi terlahir dari sistem buruk dan busuk ini.

Ketika aku menulis,
Kutulis apa yang ingin kutulis. Tak peduli seberapa campur aduk tak bertema.

Kutitipkan rasa lewat ruang sepi blogku. Semoga kita masih menggenggam keimanan terhebat tak peduli hantaman keadaan yang jauh lebih hebat.

Kupinjam kata  " Allah dulu,Allah lagi,Allah terus." Ini alasan terhebat dan sebaik-baik alasan kita menapaki kerasnya dunia ini.

Salam sayang dan rindu dari balik jeruji ketidakbebasan dalam berkarya. Biarlah kukirimkan jiwaku lewat salam dan doa..

Sahabatmu,

● Rizka ●

Komentar