GAME LEVEL #2 KELAS BUNDA SAYANG

MELATIH KEMANDIRIAN KELUARGA HARI KE 6

" Merapikan Langkah "

Pagi ini saya, Agnia, Ibrahim bersiap menyongsong aktivitas. Setelah semalam suami saya menitipkan pesan sebelum pergi " Jaga anak-anak ya,latih mereka jadi jiwa yang konsisten sehingga tugas-tugas mereka bukan lagi menjadi beban tapi menjadi bagian kesungguhan dari jiwanya. Maafkan jika abu tak banyak menemanimu. "

Dialah laki-laki yang mandiri yang dengan sabar melatih kemandirian saya selama 10 tahun ini. Dalam mendampinginya banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dengan lapang. Dari memasang galon, memasang gas, cek mesin cuci yang timernya terkena air, membongkar pintu yang tiba-tiba macet dan membuat saya dan anak-anak terkunci dalam rumah. Membenahi tempat dan mencari solusi saat banjir bisa tiba-tiba datang masuk rumah seperti 2 hari yang lalu. Seringkali seperti itu saat hujan lebat tiba.

Dan hari ini,tv jadul kami tidak bisa ditonton. Akhirnya ada pekerjaan di luar list. Saya coba cek dan bongkar-bongkar kabel sambungan. Tak paham sebenarnya. Laa haula walla quwwata illa billah,harus begitu doanya kata Agnia kalau kita tak bisa. Saya coba dan coba lagi sampai akhirnya tv pun bisa menyala kembali.

Alhamdulillah sepagi ini kami bertiga sudah bisa melewati rutinitas-rutinitas dengan menyenangkan. Ibrahim sudah bisa terbangun sendiri  tanpa rengekkan. Agnia sudah makin sadar akan tugas-tugasnya. Begitu mudah ya? ringan terbaca. Sebetulnya tidak semudah itu butuh kewarasan yang lapaaaaaaaaang, butuh berani konsisten yang di awali dari diri saya sebagai ibu. 10 tahun rasanya belum cukup untuk bisa menjadi modal kemandirian terutama kemandirian hati dalam memenej perasaan. Mengapa perasaan? Ya semua berawal dari perasaan,rasa ikhlas terlahir dari jiwa yang bermuara di hati. Jika hati tak sehat, ucap tak lagi mampu produktif. Akan bisa dipastikan menghadapi anak-anak dan ulahnya seperti menghadapi kehausan di padang pasir yang tandus. Menghadapi suami seperti menghadapi musuh, rumah tak ubahnya seperti neraka kecil. Jiwa ibu yang semestinya lembut bisa dipastikan seperti monster yang menakutkan bagi buah hati. Jiwa seorang istri yang semestinya senyaman angin semilir yang melenakan akan berubah menjadi angin puting beliung yang membinasakan rasa damai. Melatih kemandirian butuh modal dasar, butuh hati yamg serba luas dalam memahami serta membersamai.

Saya selalu hadiahkan doa kepada suami tercinta ketika saya bisa berhasil menuntaskan satu masalah. Dan saya selalu minta waktu dan pengertian serta maaf saat saya masih gagal. Sungguh tak mudah tantangan yang Allah beri karena beragam ketangguhan yang harus saya cipta dari diri yang serba terbatas ini. Saya wanita beruntung yang telah disandingkan dengan suami yang diuji kewajiban berat sepanjang hidupnya. Saya memilih berdamai dengan segala tantangan kehidupan. Saya selalu janjikan akan mendampinginya dan senantiasa menjadi tempat pulang yang memberi ketenangan.

#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian


Komentar