Writing Challenge JIP 2 Day 3

Belajar Bersama Hujan


Bismillaah..

Pagi ini saya berencara belajar bersama Ibrahim. Ibrahim ingin belajar tentang matahari. Tetapi apa daya,matahari masih menyimpan perannya yang maksimal dan mengijinkan hujan berperan penting memberi tutorial untuk jiwa-jiwa pembelajar bahwasanya hujan adalah wasilah dari kecintaan Khalik kepada makhlukNya.Betapa indah pembagian peran makhluk yang begitu seimbang ini. Bagi saya menjadi homeschooler tidaklah semahal yang diperkirakan dalam bentuk materi. Allah telah memberi banyak hal untuk kita pandai mengambil pelajaran dari alam.

Mengenal hujan bukan sekali saya ceritakan pada si ceriwis Ibrahim. Tulisan ini ibarat review untuk Ibrahim. Meski harus saya sajikan dalam cerita bergambar yang mudah dicerna nalarnya,dan obrolan-obrolan yang nyata yang bisa dijumpai dalam kesehariannya.

"Dan langit telah ditinggikan-Nya,dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu." (Ar-Rahman : 7-9)

"Ibrahim,hari ini kita belajarnya bersama hujan ya." Saya mengajak ke halaman rumah.
"Ok ummi,Aim pengen hujan-hujanan boleh nggak?" Seperti biasa dia tak pernah sekali saja untuk tak meminta hujan-hujanan.
"Boleh tapi nanti ya di tempat lain,maaf ummu belum ijinkan karena tanahnya bercampur sampah-sampah dari selokan mengalir ke tempat kita. Ummu khawatir kaki Ibrahim gatal-gatal. Nanti di tempat mommy Risvina Anggraini RochMan ya. Tempatnya kan bersih." Saya menjelaskan.
"Iya ya air hujannya kan tidak kotor ya ummi. Tapi yang kotor tanahnya yang banyak sampah dari selokan. Aim kemarin melihat di gang depan sana banyak bertumpuk sampah. Aim nggak mau lewat lagi ke situ. Kita bisa pindah nggak ummi,jangan disini." Meskipun begitu polos kata-katanya tapi saya menangkap ada sorot ketidaknyamanan melihat perilaku masyarakat yang telah menjadi habits bagi mayoritas "membuang sampah sembarangan berjamaah."
Meski kata-kata ajakan pindahnya membuat"makjleb" di hati saya tapi saya bersyukur bahwa dia peduli dengan lingkungan. Bahwa dia tahu hujan bukan sumber bencana karena hujan itu seharusnya menjadi berkah yang begitu indah. Sumber bencananya ada di ulah manusia sendiri yang menumpulkan fitrah-fitrah yang telah Allah beri.

"Ummi,banjir juga karena manusia ya yang membuang sampah sembarangan. Masuk ke dalam selokan. Semakin banyak sampahnya semakin mampet. Jadi airnya tidak keluar ya. Akhirnya kaya kolam deeh. Namanya kolam air sampah,hehehe." Dia tertawa. Dan saya tak perlu bentak-bentak untuk melarangnya hujan-hujanan.
"Iya,jadi Ibrahim harus belajar membuang sampah ke tempatnya ya. Jangan membuang sampah di sembarang tempat meskipun bukan tempat Ibrahim,nanti kasian orangnya kebanjiran. Meskipun orang itu tidak tahu kalau Ibrahim yang buang. Tapi ada yang melihat lho. Ayo tebak,siapa yaaa?" Tanya saya.
"Ada Allah ya ummi. Nanti dicatat sama malaikat."

Bisik hati saya.. "Untuk saat ini,itupun sudah cukup nak,meskipun ummu belum bisa memberi sarana belajar yang lebih mahal harganya,ummu tak bisa memanggil guru mata pelajaran. Ummu tak bisa memberi jadwal les untukmu di lembaga bonafid di luar sana. Cukup ummu yang sederhana ini yang akan memapahmu mengenali kemewahan ciptaan Allah. Bagi ummu tak harus banyak dirimu menguasai berbagai hal bersamaan,pelan-pelan saja, cukup satu hal yang menjadi kata kunci." Yang terpenting Allah ridho nak". Tak perlu banyak target jika akhirnya bernilai nol saat usia terhenti. Mari ummu raih tanganmu agar langkah kecilmu tiap geraknya bernilai syariat."

Salam Ibu Pembelajar

#TDoLM_WritingChallenge
#JurnalIbuPembelajar
#Portofolio.FBE.Agnia(13y)&Ibrahim(6y)
#Day3to7days
#Day3_JIP2
#FitrahIman
#FitrahBelajar
#FitrahEstetika

#duohomeschooler

Komentar