Saat Aku Memilih Homeschooling

Bismillah..

Catatan saya hari ini terinspirasi dari orang-orang yang tidak setuju dengan cara pandang saya dan keputusan saya tentang homeschooling.
Tak ada niat untuk menggugat,marah ataupun benci.
Karena bagi saya untuk setiap langkah yang diambil pasti ada konsekuensi.

Saya sangat berterima kasih,justru dari kontra tersebut saya bisa mengolah sebuah kepercayaan diri. Saya memang melawan arus. Bahkan di kota saya tercinta ini mungkin cuma saya yang berani mengambil keputusan untuk mengembalikan fungsi sekolah seutuhnya ada di rumah dan benar-benar secara tunggal,saya dan suami yang benar-benar terjun langsung,meneliti,memahami,mendampingi kedua buah hati kami.
Memfasilitasi,menerima kekurangan mereka,menghargai setiap ide mereka,dan kemudian mengapresiasi keunggulan-keunggulan mereka.
Ya benar!kami tidak menguasai pelajaran akademis seluruhnya,tetapi bukankah kemampuan masing-masing otakpun tidak sama?saya dan suami lebih menghargai passion mereka masing-masing. Dengan begitu mereka bertumbuh dengan memiliki ciri khas secara unik.
Kami memang bukan keluarga artis,hehe. Mindset yang ada sekarang kan memang begitu. Homeschooling hanya layak untuk artis dan keluarga yang berpendidikan tinggi dan memiliki banyak uang. Dengan kerendahan hati. Saya bilang mindset itu tidak benar. Saya sebagai guru dari anak-anak saya sudah terbiasa dengan pola hidup yang sederhana.. Kita akan merasa puas hanya dengan berjalan kaki meneliti alam sekitar yang bisa kami jangkau. Murah,sangat murah,tapi kita malah meraup ilmu yang berlimpah. Saintnya dapat,anak-anak puas dan yang terpenting mereka memahami keberadaan Sang Khalik bisa terlihat dari banyaknya makhluk yang diciptakanNya.

Bagaimana dengan bersosial?Alhamdulillah kedua buah hati saya diberikan kelebihan oleh Allah untuk tetap bisa ceria. Jikapun ada mengeluh jenuh. Mereka akan cukup terobati dengan berjalan di seputar taman kota . Mereka tetap bisa menyesuaikan diri dengan siapapun yang mereka temui.

Bagaimana ketangguhan mereka ketika tidak ada kompetisi?? mungkin terlihat leha-leha,tidak ada semangat juang dan lain lain.
Disanalah peran kita sebagai guru harus lebih cerdik mengolah kondisi agar ketika mereka pada saat yang tepat harus bersosial dan berbaur dengan masyarakat, ada sisi mental yang sudah siap,kurang-kurang dikit tak apalah. Tokh seorang kompetiter sejatipun adakalanya memiliki kekurangan,hehe.
Tokh orang yang bertahun tahun sekolah formalpun adakalanya bahkan mungkin banyak yang tak bisa bergaul.

Untuk yang tak setuju saya. Mari berjalan saling menghargai setiap misi.Untuk yang masih galau memulai dan setuju dengan saya,siapkan diri dan percayalah tentang keberhasilan diri. Jangan lupa berdamailah dengan tantangan. Jika tak ada tantangan. Saya jamin alur hidup itu tak akan asyik. Jadikan tantangan sebagai jembatan bagi kita untuk tetap memohon padaNya diberi kemampuan dan solusi dari setiap kesulitan.

Tak lupa saya dan suami tetap belajar,belajar,belajar. Pada dasarnya sifat anak adalah mencari tokoh identifikasi sebagai model dari diri mereka. Yang terdekat adalah ayah dan ibunya,kuncinya ayah dan ibulah yang harus mampu menjadi tokoh identifikasi yang menunjukkan akhlak baik.
Jangan lupa lahirkan habits/kebiasaan yang baik dan benar pada buah hati.

Salam Homeschooler...

Komentar