Pelukan Hangat Untuk Ambu

Sesungguhnya aku tak punya banyak cerita tentang kampung halaman,karena keadaan tak banyak memberiku kesempatan untuk dekat serta lekat dengan setiap cerita eksotisme sebuah kampung yang seharusnya kujadikan kampung halamanku. Hanya suatu waktu aku pernah membawa sahabat sehati dan sejiwa yang kumiliki,orang yang berkutat selama 10 tahun mendampingiku membesarkan anak - anakku. Dia,suamiku. Dia berkata bahwa kampungku eksotis,dalam hati aku tersenyum. " Benarkah?" Aku merenung jauh sekali mengingat masa kecil. Kampung halamanku berada di selatan Cianjur. Kecamatan Sindang Barang berbatasan dengan kecamatan Agrabinta tepatnya di kampung Yugasari. Sekitar 4 jam untuk menempuhnya dari kota Cianjur.

Kampungku memiliki pantai yang begitu indah,pantai APRA dan pantai LUGINA,sejauh mata memandang sejauh itu pula aliran rasa akan mengalir,meski harus menempuh jarak yang begitu jauh dari Cibadak-Sukabumi,kota keduaku. Selalu ada rasa yang menantang untuk menempuhnya. Jalanan yang berkelok-kelok. Yang membuat anak-anakku kangen untuk kembali meskipun setahun sekalipun tidak tetapi kesan mendalam di benak mereka.

Sempat dulu waktu SMA sekitar 18 tahun yang lalu(lampau sekali ya,hehe)baru sadar,usiaku tak lagi belia. Setiap aku pamit sama teman - teman untuk liburan,aku pasti di bully dengan cibiran selamat,selamat menempuh " Susukan Garing ". Dulu minder,tertekan sangat dahsyat,seakan - akan aku butuh psikolog yang handal untuk mengobati luka hati,hehehe. Karena memang akses jalan yang sangat buruk waktu itu,jalan yang bagus seperti sekarang akan bisa dipastikan tidak akan bisa ditemukan. Jalan yang berbatu besar-besar yang menyulitkan kendaraan untuk melewatinya. Ternyata semuanya sangat terasa indah sekarang,meski aku tak bisa dengan mudah untuk datang,kampung halamanku begitu indah seindah torehan-torehan kekuatan yang dihadirkan di setiap langkah ibuku.

Anak-anakku memanggilnya "ambu". Setiap kuingat kampung halamanku,pasti kuingat seraut wajah ibuku. Wajah yang tak pernah mau beranjak dari kampung tersebut. Wajah yang hanya lekat kupandangi dalam doa. Menulis tentang kampung halamanku akan membawaku luruh di jejak ambu. Ambu yang selalu ingin pulang meski seribu cerita keindahan kota lain mengalir tak membuat ambu geming untuk berpindah hati.

Mengingat kampung halamanku,pasti selalu ada lirih ambu. Ambuku sayang yang terbaring lemah seiring fungsi jantungnya yang semakin melemah,terakhir beberapa minggu lalu melewati proses echo/USG jantung,tersisa 20% yang berfungsi. Hanya beribu doa yang terpanjat agar ambu tetap mampu tersenyum kuat dan indah melebihi keindahan debur ombak pantai APRA dan LUGINA. Semoga ambu bisa lebih tangguh dari " Susukan Garing" yang melegenda buatku.

Aku tetap bangga dengan kampung halamanku,kutitipkan ambuku dan segala cerita masa kecil disana. Kuukir doa dari jarak yang membentang meski tak banyak kulihat berubah membaik dari ambu sepesat perubahan kampung halamanku yang tak lagi memiliki jalan seperti sungai kering yang berbatu. Semoga ambu tak lagi bicara tentang persentase,karena ruh dari detak jantung itu bukan urusan makhluk. Kutitipkan pada Kholik di setiap tangis kasih ini.

Tulisan ini tanpa kusertakan gambar yang mewakili keindahan kampung halamanku tapi kusertakan jiwa yang bisa melukis dan mencatat rasa tanpa batas. Semoga suatu saat ambu memiliki waktu untuk membaca tulisan ini sampai aku larut dalam pelukan hangatnya.

Komentar

  1. Balasan
    1. Waaah ternyata bunda keren satu ini menyapaku.. Makasih bunda Chika..😘😍

      Hapus
  2. Mengingat kampung halaman memang selalu membuat sendu ya teh..akupun demikian..ingat almarhum Bapak :(

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah perdana yang mengharukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai cintaku.. Ternyata dirimu membacanya ya. Makasih suamiku sayang..😍😘😍

      Hapus
  4. Sesuai temanya ya,bikin baper
    Salam kenal teh :)

    BalasHapus
  5. Wuaaaa padahal pengen liat fotonyaaa 😢

    BalasHapus

Posting Komentar