Semilir angin menerpa khimar (kerudung) Ayuni yang panjang. Ayuni masih tertegun di ujung senja menatap gambar sang ibu yang sudah sekitar 50 hari menghadap Sang Kuasa. Air mata yang mengalir, sedih yang dia tahan dalam beberapa hari ini, pecah dalam isak yang tak lagi bisa dibendung. Betapa rindu akan ibunya, kini hanya tinggal penyesalan yang tersisa ketika terbayang, betapa sayangnya Ayuni terhadap ibunya. Tak banyak waktu yang dia habiskan bersama sosok wanita yang begitu tangguh membesarkan ketujuh anaknya.
Ayuni tetap tertegun dalam isak yang semakin dalam. Baru terasa dan semakin terasa kepergian ibunya hampir menghabiskan seluruh kekuatan yang dia bangun.
"Bu, jangan bersedih terus ya. Nenek hanya butuh doa ibu saja. Itu sebaik-baik tanda cinta ibu yang bisa menerangi kesendirian nenek di alam sana.." Raina menatap lekat wajah ibunya.
"Tidak Raina, ibu hanya sedih sesaat. Ada amanah nenek yang terasa berat belum ibu kabulkan tentang menjaga tantemu. Tantemu yang sudah beranjak dewasa. Tantemu yang masih asyik dengan dunia pacaran, terakhir kemarin ibu lihat postingan tantemu di fb. Ibu merasakan sesak saat nasehat ibu tak lagi didengarnya." Ayuni menyeka air matanya.
"Sabar ya bu. Raina tahu itu tak mudah untuk ibu karena ibu punya janji untuk nenek. Ibu ingin menjaga kedua tante Raina dengan baik." Raina memeluk erat tubuh ibunya.
"Iya sayang, ingat pesan ibu ya. Dekat-dekatlah sama ibu, jangan sampai yang ibu rasakan hari ini, kaupun merasakannya kelak. Cukupkanlah waktu bersama ibu, ikutilah nasehat ibu jika benar dan ingatkan ibu jika salah. Waktu kita tak banyak untuk bersama. Ibu sedih dengan tantemu, anak yang paling disayang nenek adalah dia, tapi setelah nenek pergi, dia masih berulah dengan laki-laki tersebut meski dia mengatakan tidak berlebihan. Ibu sayang sama tante tetapi tante tidak kunjung mengerti kasih sayag ibu setelah nenek pergi." Ayuni menatap lekat mata anak gadisnya.
"Bu, Raina mengerti. Kita tetap bersama saat ini meski nanti Raina harus pergi meninggalkan ibu, ibu tetap ada di hati Raina. Terlebih ibu selalu memberi bekal yang begitu indah atas makna hidup ini. Dan akan sulit untuk ibu menyentuh hati tante karena cara mendidik ibu dan nenek sangatlah berbeda." Raina masih terus menguatkan hati ibunya.
"Ah kamu memang anak gadis ibu yang selalu berhasil menenangkan ibu." Ayuni tersenyum
"Sekarang yang terbaik adalah mendoakan nenek dan ibu terus ingatkan tante. Semoga tante bisa berubah, semoga kelembutan hati ibu bisa menyentuh langkah tante. Jikapun tidak, Allah tahu yang telah ibu berikan. Semangat ya bu. Ayo kita sholat maghrib." Raina menyadarkan jika waktu maghrib telah tiba.
Seiring adzan berkumandang, hati Ayuni mulai menguat. Apapun yang terjadi harus dia lewati. Tentang sekeping rindu untuk ibunya dia titipkan dalam doa bersama segenap ketulusan cintanya sebagai anak.
Ayuni tetap tertegun dalam isak yang semakin dalam. Baru terasa dan semakin terasa kepergian ibunya hampir menghabiskan seluruh kekuatan yang dia bangun.
"Bu, jangan bersedih terus ya. Nenek hanya butuh doa ibu saja. Itu sebaik-baik tanda cinta ibu yang bisa menerangi kesendirian nenek di alam sana.." Raina menatap lekat wajah ibunya.
"Tidak Raina, ibu hanya sedih sesaat. Ada amanah nenek yang terasa berat belum ibu kabulkan tentang menjaga tantemu. Tantemu yang sudah beranjak dewasa. Tantemu yang masih asyik dengan dunia pacaran, terakhir kemarin ibu lihat postingan tantemu di fb. Ibu merasakan sesak saat nasehat ibu tak lagi didengarnya." Ayuni menyeka air matanya.
"Sabar ya bu. Raina tahu itu tak mudah untuk ibu karena ibu punya janji untuk nenek. Ibu ingin menjaga kedua tante Raina dengan baik." Raina memeluk erat tubuh ibunya.
"Iya sayang, ingat pesan ibu ya. Dekat-dekatlah sama ibu, jangan sampai yang ibu rasakan hari ini, kaupun merasakannya kelak. Cukupkanlah waktu bersama ibu, ikutilah nasehat ibu jika benar dan ingatkan ibu jika salah. Waktu kita tak banyak untuk bersama. Ibu sedih dengan tantemu, anak yang paling disayang nenek adalah dia, tapi setelah nenek pergi, dia masih berulah dengan laki-laki tersebut meski dia mengatakan tidak berlebihan. Ibu sayang sama tante tetapi tante tidak kunjung mengerti kasih sayag ibu setelah nenek pergi." Ayuni menatap lekat mata anak gadisnya.
"Bu, Raina mengerti. Kita tetap bersama saat ini meski nanti Raina harus pergi meninggalkan ibu, ibu tetap ada di hati Raina. Terlebih ibu selalu memberi bekal yang begitu indah atas makna hidup ini. Dan akan sulit untuk ibu menyentuh hati tante karena cara mendidik ibu dan nenek sangatlah berbeda." Raina masih terus menguatkan hati ibunya.
"Ah kamu memang anak gadis ibu yang selalu berhasil menenangkan ibu." Ayuni tersenyum
"Sekarang yang terbaik adalah mendoakan nenek dan ibu terus ingatkan tante. Semoga tante bisa berubah, semoga kelembutan hati ibu bisa menyentuh langkah tante. Jikapun tidak, Allah tahu yang telah ibu berikan. Semangat ya bu. Ayo kita sholat maghrib." Raina menyadarkan jika waktu maghrib telah tiba.
Seiring adzan berkumandang, hati Ayuni mulai menguat. Apapun yang terjadi harus dia lewati. Tentang sekeping rindu untuk ibunya dia titipkan dalam doa bersama segenap ketulusan cintanya sebagai anak.
Kereeeen banget artikelnya bund ^_^
BalasHapusKunjungi ini juga dong
Gamis Syar'i Couple
InsyaaAllah nanti berkunjung ya..😍
HapusKamu masih 13 tahun bisa bikin cerpen kayak gini? Gusti! 👏👏👏 Aku bookmark ya. Akan mampi-mampir lagi ke sini.
BalasHapusKeep writing!
www.iamandyna.com
Terima kasih.. Sederhana saja sih tulisannya..😃😃
Hapus