MELATIH KEMANDIRIAN KELUARGA HARI KE 10
" Mandiri Tanpa Agnia "
Pagi ini saya, suami dan anak-anak berencana menengok ambu di rumah adik saya. Dan hari ini juga ambu akan pulang ke Cianjur selatan menempuh jarak waktu sekitar 6 jam dari Sukabumi. Proses melatih kemandirian tidak ada hambatan, Agnia sudah konsisten dengan rutinitas pagi begitupun Ibrahim, bangun sebelum shubuh, mandi sendiri dan membantu tugas-tugas kecil sudah tidak susah diminta termasuk menyiram bunga dan membantu cuci kamar mandi.
Tiba waktunya kami berangkat. Saya dan Ibrahim naik angkot. Abu dan Agnia naik motor. Sesampainya di Cisaat tempat adik saya, saya tak kuasa melihat kondisi ambu yang tak kunjung membaik. Untuk bicarapun terlihat sangat kesulitan. Dengan rasa yang tak menentu saya coba menguatkan ambu untuk tetap semangat. Beliau meminta saya untuk ikut mengantar ke Cianjur selatan tetapi akhirnya Agnia yang bersedia jadi perwakilan saya. Tak lama kemudian kami bertiga pulang dengan berat hati harus mengijinkan Agnia pergi meski takkan lama tapi tetap ada rasa kehilangan terutama Ibrahim, butuh waktu untuk meredakan tangisnya. Sesampainya di rumah saya ingat tugas hari ke 10, belum lagi ada jadwal les 1 jam untuk home visit. Saya harus membawa Ibrahim pada akhirnya karena abunya harus bekerja sift 2.
Saya yakin Ibrahim sholeh, alhamdulillah 1 jam di rumah Khansa tidak terasa. Saya dan Ibrahim pulang. Ibrahim sudah mulai tenang tanpa kakak, dia bisa bermain dan merangkai lego yang berbahan metal, banyak baut dan mur yang tidak saya mengerti. Rangkaian terpasang dengan rapi tanpa kendala.
Dan saya bisa kembali mengerjakan tugas yang masih tertunda, dan selalu berkali-kali gagal publish dari aplikasi blogger. Untuk menyalakan laptop rasanya enggan, selain harus pasang tethering, saya juga harus pindahkan foto untuk dokumentasi dan itu hanya Agnia yang bisa. Akhirnya postingan cerita hari ini lenyap entah kemana. Nyaris kehilangan ide menulis dan mati gaya rasanya. Saya baru ingat, dengan bismillah buka blogger dari browser dan alhamdulillah setahap demi setahap saya mengerti. Benar-benar baru bagi saya menulis di blog langsung dari browser.
Selama ini saya terlalu banyak dimudahkan dengan keberadaan Agnia dan hari ini saya harus mandiri mencari solusi. Meski selama ini Agnia tidak sepenuhnya mengerjakan tugas saya tapi dialah yang memberi solusi saat saya gagal publish blog, salah edit foto, banyak typo dan banyak lagi masalah yang terpecahkan bersama Agnia. Baru terasa semakin banyak berarti saat dia tak ada.
Hari terakhir laporan melatih kemandirian keluarga tetapi bagi saya adalah awalan untuk menguji konsistensi anak-anak dan yang paling utama adalah diri saya. Saya senantiasa berdoa agar Allah senantiasa menguatkan dan memberi banyak ruang untuk saya senantiasa mampu memandirikan diri sendiri sehingga akan terus melahirkan suri tauladan yang baik untuk kemandirian Agnia dan Ibrahim.
" Mandiri Tanpa Agnia "
Pagi ini saya, suami dan anak-anak berencana menengok ambu di rumah adik saya. Dan hari ini juga ambu akan pulang ke Cianjur selatan menempuh jarak waktu sekitar 6 jam dari Sukabumi. Proses melatih kemandirian tidak ada hambatan, Agnia sudah konsisten dengan rutinitas pagi begitupun Ibrahim, bangun sebelum shubuh, mandi sendiri dan membantu tugas-tugas kecil sudah tidak susah diminta termasuk menyiram bunga dan membantu cuci kamar mandi.
Tiba waktunya kami berangkat. Saya dan Ibrahim naik angkot. Abu dan Agnia naik motor. Sesampainya di Cisaat tempat adik saya, saya tak kuasa melihat kondisi ambu yang tak kunjung membaik. Untuk bicarapun terlihat sangat kesulitan. Dengan rasa yang tak menentu saya coba menguatkan ambu untuk tetap semangat. Beliau meminta saya untuk ikut mengantar ke Cianjur selatan tetapi akhirnya Agnia yang bersedia jadi perwakilan saya. Tak lama kemudian kami bertiga pulang dengan berat hati harus mengijinkan Agnia pergi meski takkan lama tapi tetap ada rasa kehilangan terutama Ibrahim, butuh waktu untuk meredakan tangisnya. Sesampainya di rumah saya ingat tugas hari ke 10, belum lagi ada jadwal les 1 jam untuk home visit. Saya harus membawa Ibrahim pada akhirnya karena abunya harus bekerja sift 2.
Saya yakin Ibrahim sholeh, alhamdulillah 1 jam di rumah Khansa tidak terasa. Saya dan Ibrahim pulang. Ibrahim sudah mulai tenang tanpa kakak, dia bisa bermain dan merangkai lego yang berbahan metal, banyak baut dan mur yang tidak saya mengerti. Rangkaian terpasang dengan rapi tanpa kendala.
Dan saya bisa kembali mengerjakan tugas yang masih tertunda, dan selalu berkali-kali gagal publish dari aplikasi blogger. Untuk menyalakan laptop rasanya enggan, selain harus pasang tethering, saya juga harus pindahkan foto untuk dokumentasi dan itu hanya Agnia yang bisa. Akhirnya postingan cerita hari ini lenyap entah kemana. Nyaris kehilangan ide menulis dan mati gaya rasanya. Saya baru ingat, dengan bismillah buka blogger dari browser dan alhamdulillah setahap demi setahap saya mengerti. Benar-benar baru bagi saya menulis di blog langsung dari browser.
Selama ini saya terlalu banyak dimudahkan dengan keberadaan Agnia dan hari ini saya harus mandiri mencari solusi. Meski selama ini Agnia tidak sepenuhnya mengerjakan tugas saya tapi dialah yang memberi solusi saat saya gagal publish blog, salah edit foto, banyak typo dan banyak lagi masalah yang terpecahkan bersama Agnia. Baru terasa semakin banyak berarti saat dia tak ada.
Dan pencapaian kemandirian Agnia selama 10 hari ini sudah cukup konsisten, diantaranya :
1. Setrika pakaian sendiri dan adik
2. Mencuci pakaian sendiri dan keluarga dengan bersih
3. Memasak dengan menu sederhana
4. Cekatan merapikan rumah
5. Mendampingi kemandirian adik
Adapun kemandirian Ibrahim, diantaranya :
1. Bangun sebelum shubuh dan menyelesaikan rutinitas belajar
2. Membereskan mainan dengan rapi
3. Membantu tugas-tugas kakak yang sederhana
4. Mencuci kamar mandi
5. Membuang sampah
1. Setrika pakaian sendiri dan adik
2. Mencuci pakaian sendiri dan keluarga dengan bersih
3. Memasak dengan menu sederhana
4. Cekatan merapikan rumah
5. Mendampingi kemandirian adik
Adapun kemandirian Ibrahim, diantaranya :
1. Bangun sebelum shubuh dan menyelesaikan rutinitas belajar
2. Membereskan mainan dengan rapi
3. Membantu tugas-tugas kakak yang sederhana
4. Mencuci kamar mandi
5. Membuang sampah
Saya yakin keridhoan suami atas diri saya telah menjadi salah satu kekuatan besar, tanpa bimbingannya, tanpa doanya, tanpa kasih sayangnya, apalah arti semua senyum lepas di sela kelelahan-kelelahan saya.
Tak banyak kesulitan untuk melatih diri yang terbiasa dengan tantangan begitupun dengan anak-anak. Tetapi yang sulit adalah menjadikan semua sebagai kebiasaan dan membentuk diri melahirkan jiwa istiqomah. Lillah, semoga Allah senantiasa membersamai. Aamiin Allahumma aamiin.
#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
Komentar
Posting Komentar