Tidak terasa sudah minggu ke sepuluh aku menulis untuk satu minggu satu cerita. Kuingat cerita di minggu pertama adalah tentang ibu. Hari ini genap hari ke tujuh ibu berpulang ke pangkuan Sang Kholik. Sejumput rasa sakit tentang kehilangan masih terselip di hati ini, berulangkali mengobati, rasanya masih tersisa dan menganga meskipun akhirnya aku menyadari bahwa sedihku akan menjadi siksa untuk ibu di alam sana. Kupalingkan semua dalam sebentuk doa-doa dan yang termudah dengan beristighfar.
Ibu sempat datang dalam mimpi malam kemarin. Pelukannya begitu hangat dan erat. Aku terjaga dan menangis hebat, pelukan dan belaian suamiku meredakan luka yang terasa tercabik-cabik. Ternyata ibu ingin aku lebih khusyu mendoakannya. Meski mimpi itu terasa nyata dan tidak menakutkan tetapi aku tersadar tentang pelukan ibu yang tak ingin diratapi. Kerapkali kuingatkan pikiranku bahwa ibu berpulang kepada Sang Pemiliknya, Allah lebih sayang pada ibu dibanding diriku yang sedemikian adanya. Tentunya Allah mengambilnya dalam waktu terbaik.
Seharusnya aku menyadari, betapa tersiksanya ibu dengan rasa sakit yang parah yang ibu jalani sekitar 4 bulan ini. Semoga semua pengorbanannya menjadi penebusan atas dosa-dosanya selama hidup.. Aamiin. Diam-diam kulepaskan berat yang datang menyesakkan ruang dalam hati. Kutatap gambar ibu lekat, kuyakini ibu telah bahagia. Suamiku bilang, ibu telah bertemu ibu dan ayahnya serta kakaknya yang berpulang lebih dahulu. Suamiku memang sangat pandai membuat kondisi makin mengharu biru. Di moment itu kuatku merapuh kembali, aku menangis sejadi-jadinya meski di sisi lain kubayangkan ibu yang tengah berbahagia bertemu orang tuanya. Aku tak ubahnya anak kecil. Tiba-tiba bisa kuat dan tiba-tiba bisa rapuh sejadi-jadinya.
Pagi ini kutemukan makna, ibu tadi malam tak datang lagi di mimpi tetapi terasa nyata saat mengusap lembut wajahku, membangunkanku untuk sholat shubuh tergambar senyum itu. Senyum yang jarang sekali aku jumpai, senyum yang pernah kutemukan di masa remajaku. Senyum yang kerapkali memapahku dalam makna kekuatan. Ibuku sayang semoga Allah selalu memeluk dan memaafkanmu.
Ada titik air mata meski tak kuberikan kesempatan menjadi tangis karena hari ini suamiku sedang bertugas di kewajiban yang lain, tangisku pasti butuh sandaran. Sandaran terbaik saat sang kekasih tidak ada adalah doa yang terkuat. Kusandarkan diri dalam doa. Betapa berat bagiku memaknai rasa kehilangan, perlahan-lahan kuendapkan keikhlasan meski masih seperti semilir angin. Kusebut nama ibu kusandingkan dengan namaNya. Tak ada lagi yang berarti untuk ibu saat ini adalah pelukan doa-doa yang terhangat dariku buah hatinya. Bukan lantunan doa di pusaranya, bukan puluhan santri yang bisa dibeli bacaan Qur'annya, bukan gelegar tahlil yang berbayar. Bukan itu, bukaaaan... Tetapi doa tulus diam-diam meski tak cukup hanya diam. Doa murni dalam diam-diam dari balik hati bukti kecintaan dan ketaatan pada syariatNya.
Kumurnikan tekad untuk merangkul ke lima adikku, untuk membangun hidup lebih rukun, lebih lurus dalam jalanNya. Yang ibu perlukan adalah kesholihan hidup dari para buah hatinya. Bukan sekedar doa yang terlantun sesaat tanpa makna.
Pagi ini menguatkan tekadku setelah sentuhan tangan ibu menyentuh pipiku. Aku harus bangkit dari terpuruk. Ibu tidak butuh ratapan tapi kondisi real dariku untuk mewujudkan inginnya. Bahwa amanah menjaga adik-adikku kini telah nyata ada di pundakku.
Doa anak2nya yg sholeh in syaa Allah menjaga ibunya teh rizka dari segala kerugian di alam kubur.
BalasHapusSalam hangat untuk teteh dan keluarga :)
Terima kasih say.Aamiin... Semoga Allah memberi tempat terbaik...😍😍
HapusSemoga Ibu dilapangkan kuburnya. Doa2 anak shalleh semoga penjadi pelita perjalanan Ibu menemui sang Khalik...
BalasHapusTerima kasih atas doanya.. Aamiin Allahumma aamiin..
HapusSemoga Ibu tenang di sana, diampuni dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya. Semoga keluarga diberi ketabahan Teh Rizka.
BalasHapusTatat
Aamiin... Terima kasih teh Tatat sayang..
HapusInshaaallah sikap terbaik untuk ibu adalah mengikhlaskan, mendoakan dan jika mampu, memenuhi keinginan ibu yang belum terpenuhi saat hidup dulu, juga menghubungkan lagi silaturahmi dengan para sahabat ibu yang masih ada...
BalasHapusInsyaaAllah... Lgi belajar mengikhlaskan. Doakan ya teh Iyie..
HapusSosok ibu tak akan pernah hilang dari hati. Punya tempat sendiri dan terindah disana
BalasHapusMenuliskan seperti iniadalah salah satu cara berdamai dengan hati dan kerinduan
Iya betul sekali. Hanya sedikit mengobati rasa kehilangan dengan menulis. Terima kasih sudah berkunjung..😍
HapusSosok ibu tak akan pernah hilang dari hati. Punya tempat sendiri dan terindah disana
BalasHapusMenuliskan seperti iniadalah salah satu cara berdamai dengan hati dan kerinduan