Komunikasi Produktif
Menggali Ruang Hati
Bismillaah
Hujan mengguyur kota Cibadak dari sejak shubuh. Meskipun hujan reda pagi hari tetapi pagipun menjadi mendung. Saya pikir anak-anak yang les mingguan tidak akan datang karena saya tahu sebagian dari mereka bertempat tinggal jauh dari tempat saya. Jam dinding menunjukkan pukul 08.00,perkiraan saya mereka tidak datang dan sayapun memaklumi. Saya sempat bingung tugas tantangan komunikasi produktif hari ini belum terselesaikan.
Sayapun kembali fokus dengan tugas-tugas di rumah dan menemani Agnia juga Ibrahim.
Sayapun kembali fokus dengan tugas-tugas di rumah dan menemani Agnia juga Ibrahim.
Satu jam berlalu. Tepat jam 9 ke empat murid les saya datang,mereka berbeda kelas dan berbeda sekolah juga. Sofwan,Aini,Azka dan Fahri. Ternyata saya salah menyangka, saya terharu. Semangat belajar mereka tak mengenal lelah. Kitapun bersiap untuk belajar tentang perkalian dan pecahan. Sebelum belajar saya tanya satu per satu.
"Hari ini hujan lho sayang,tapi kalian dengan senang hati untuk datang ke rumah ibu. Bolehkah ibu tahu alasannya?"
" Aku suka belajar disini bu,aku semangat meski cuma hari minggu karena bu Rizka tidak galak. Tapi aku tetap menjadi bisa dan tidak ketakutan." Aini yang menjawab lebih dulu.
"Aku juga sama bu,aku tidak suka matematika karena bu guru di sekolah galak. Tapi sama ibu aku jadi bisa." Sofwan pun mencurahkan isi hatinya
"Kakak juga sama bu,disini kenapa mengerti tapi di sekolah suka bingung." Sahut si ceriwis Azka yang mengaku kakak padahal dia paling muda
"Aku juga gurunya galak bu." Fahri paling akhir berkata.
"Hari ini hujan lho sayang,tapi kalian dengan senang hati untuk datang ke rumah ibu. Bolehkah ibu tahu alasannya?"
" Aku suka belajar disini bu,aku semangat meski cuma hari minggu karena bu Rizka tidak galak. Tapi aku tetap menjadi bisa dan tidak ketakutan." Aini yang menjawab lebih dulu.
"Aku juga sama bu,aku tidak suka matematika karena bu guru di sekolah galak. Tapi sama ibu aku jadi bisa." Sofwan pun mencurahkan isi hatinya
"Kakak juga sama bu,disini kenapa mengerti tapi di sekolah suka bingung." Sahut si ceriwis Azka yang mengaku kakak padahal dia paling muda
"Aku juga gurunya galak bu." Fahri paling akhir berkata.
Saya melempar senyum untuk mereka satu demi satu. Mereka adalah anak-anak yang tidak pernah berani berbicara. Begitu sulit saya pun memancing mereka untuk bisa mengenal hati mereka masing-masing. Butuh proses dan waktu yang banyak. Tapi sekarang mereka menjadi bagian yang berperan penting dalam hidup saya. Dari hati mereka saya jadi tahu bahwa proses pendidikan sekarang begitu menyakitkan. Sampai membuat mereka membisu dari bisik ruang hatinya. Dari merekalah saya punya keberanian untuk memberi pendidikan seutuhnya di rumah untuk Agnia dan Ibrahim.
Saya beranjak dari tempat duduk saya,saya peluk mereka satu demi satu dan dalam hati berbisik," Maafkan ibu nak,baru sebatas ini yang bisa ibu lakukan untuk kalian. Meski hati pernah berharap dan mimpi tentang sistem belajar seperti di Finlandia."
" Sabar ya sayang,kalian anak-anak yang hebat,kalian anak-anak yang pintar. Guru kalian sebenarnya tidak galak tetapi sayang sama kalian. Hanya karena muridnya banyak,jadi guru kalian marah saat ada yang tidak mengikuti pelajaran dengan baik." Saya menyemangati mereka meski masih sangat kecil perjuangan ini terasa. Merekapun tersenyum dan terlihat semangat menyelesaikan tugas hari ini. Btuh banyak puzzle yang harus saya temukan untuk merangkai kekuatan generasi ini. Generasi yang tak jarang membuat saya menangis. Andai mereka adalah Ibrahim dan Agnia. Saya yakin mereka akan menikmati warna fitrah yang sesungguhnya.
#Hari6
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunsayIIP
Salam kenal...
BalasHapusSalam kenal bunda..๐
HapusKita saling menggali ruang hati.. :)
BalasHapusKita saling menggali ruang hati.. :)
BalasHapusHai honey..kita sama-sama menggali ruang hati..๐
Hapus